About Me

Foto Saya
inirezha
Yeah. It's abot me,, Perkenalkan saia rezha, panggil aja gitu,,, seorang siswa yang menimba ilmu di SMA Negeri 1 KEBOMAS, just an ordinary boy
Lihat profil lengkapku

Hiu Gergaji Terancam Punah

Diposting oleh inirezha Selasa, 21 Oktober 2008

Hiu Gergaji Terancam Punah

Ikan hiu gergaji (Pristis microdon) yang hanya terdapat di Danau Sentani, Papua, kini terancam punah. Populasi ikan yang hidup di air tawar ini sudah sangat jarang ditemui di habitat asalnya. Akankah ikan hiu ini hanya tinggal kenangan?

istimewa

TERANCAM PUNAH - Ikan hiu gergaji (Pristis microdon) terancam punah. Ikan hiu gergaji yang hidup di air tawar dapat dijumpai di Danau Sentani, Papua, panjangnya bisa mencapai dua meter. Ikan ini berkembang biak dengan cara melahirkan anak-anaknya.

Kalau saja benar-benar punah, maka betapa ruginya bangsa Indonesia. Bukan apa-apa, di seluruh negara, hanya Indonesia yang memiliki spesies unik ini. Unik karena secara anatomi, bentuk tubuhnya menyerupai hiu yang hidup di air laut.

Bedanya, hiu gergaji yang bisa mencapai panjang dua meter itu dilengkapi dengan alat mirip gergaji yang terdapat di depan mulutnya. Gergaji ini berfungsi sebagai perisai diri. Artinya, bila diganggu maka ia akan mengayun-ayunkan gergajinya.

"Kita sedang berusaha menyelamatkan hiu gergaji dari kepunahan," kata Manajer Taman Akuarium Air Tawar (TAAT) Dr Fuad Cholik MSc kepada Pembaruan di kantornya di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta baru-baru ini. Untuk itulah pihaknya sedang menjalin kerja sama dengan berbagai peneliti di Institut Pertanian Bogor (IPB) serta Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP).

Dari kerja sama inilah diharapkan agar beberapa ekor ikan hiu yang kini sedang dikoleksi TAAT bisa dibudidayakan. Dengan demikian ikan yang sudah sangat langka ini bisa dikembangbiakkan lagi di habitat asalnya.

Merasa Optimis

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya DKP Dr Fatuchri Sukadi merasa optimis hal itu bisa diwujudkan. Sebab, menurut pengalamannya, ia bersama tim penelitinya juga pernah melakukan hal yang sama untuk ikan batak.

"Di Danau Toba, kita sudah sangat sulit menjumpai ikan batak. Namun, berkat keberhasilan kami membudidayakan ikan tersebut, kini Danau Toba sudah ditebar ribuan ekor ikan batak dari berbagai ukuran," ungkap Fatuchri yang terlibat langsung dalam proses konservasi tersebut.

Perhatian serius juga diberikan oleh Anggota Komisi III DPR yang pekan lalu berkunjung ke TAAT. "Kita harus bertekad untuk menyelamatkan khazanah biota ikan air tawar ini," ujar salah satu anggota DPR yang baru sekali melihat keunikan hiu gergaji.

Menurut kurator TAAT Ir Suci Sa'adiah, keunikan lain dari hiu gergaji adalah dari cara berkembang biaknya yang tidak lazim, yaitu dengan melahirkan anak-anaknya. Ikan yang hidup di dasar perairan ini memiliki dua lobang (spiracles) di belakang mata untuk mengalirkan air pada waktu ikan berada di dasar perairan.

Ikan ini juga memiliki 20 pasang gigi dengan dua buah organ detektor di ujung moncongnya. Fungsinya, mendeteksi adanya mangsa atau gerakan ikan yang berada di depannya. Organ ini sangat peka sehingga dapat memantau detakan jantung binatang yang berada terpendam di dalam lumpur.

Mulut, lubang hidung, dan lobang insang dari ikan pemangsa rucah dan udang ini berada di sisi bawah. Rahangnya terdiri dari ribuan ujung berbentuk seperti gigi. Kulit sebelah atas berwarna abu-abu kecokelatan, sedangkan di sebelah bawah warnanya putih.

Tidak Mudah

Upaya menyelamatkan hiu gergaji memang tidak mudah. Selain membutuhkan dana juga diperlukan kepiawaian sang peneliti. Soal dana misalnya, status TAAT yang sebenarnya milik pemerintah namun dikelola swasta ini menjadi masalah tersendiri.

"Selama ini semua biaya operasional baik untuk gaji staf dan karyawan, listrik, pakan, maupun yang lain-lain berasal dari tiket pengunjung. Kami tidak pernah menerima subsidi dari pemerintah" ujar Fuad.

Jadi bisa dibayangkan sulitnya kalau akuarium air tawar terlengkap koleksinya di dunia ini harus dibebani dengan biaya konservasi. Mengomentari hal ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Prof Dr Rokhmin Dahuri bakal mengalokasikan dana rutin tahunan.

Dengan demikian, sekitar 2.000 spesies ikan tawar yang berada di Indonesia bisa tetap lestari. Lebih dari itu, TAAT yang baru mengoleksi sekitar 4,4 persen (87 spesies) ikan air tawar dari seluruh Indonesia itu bisa lebih banyak lagi yang bisa dikoleksi dan ditampilkan agar menjadi daya tarik pengunjung.

Harus diakui kekayaan ikan air tawar Indonesia memang amat berlimpah. Sebagian besar dari spesies itu bernilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan ikan asal luar negeri sekalipun.

Sebut saja ikan siluk merah (Scleropages formosus) atau sejenis arwana. Dibandingkan dengan arwana asal Brasil, Peru, Australia, atau Afrika, maka siluk merah atau sering disebut sebagai ikan naga itu lebih cantik dan elok dengan warna tubuh yang kuning dan kemerah-merahan. Tak heran kalau harga seekor siluk merah bisa mencapai Rp 20 juta.

Ikan yang berasal dari Kalimantan ini dipercaya bisa membawa keberuntungan. Hal ini tak terlepas dari asal mula dari siluk merah adalah ikan purba (primitif) dan menjadi pujaan. Konon ikan yang di daerah memiliki nama peyang, kelesa, tangkelesa, dan khayangan ini berasal dari perkawinan ikan dengan burung.

2 orang baik yang mau koment:

  1. sangat bagus sekali gan info nya

    saya sangat suka

  2. salam blogger
    izin baca gan

komentar selama ini...

Anda datang dari...