Betapa tidak, event Deteksi yang berlabel Journalist Competition Honda DBL 2008 yang dilaluinya selama 1 bulan lebih telah kelihatan hasilnya. Juara 4 dan torehan prestasi The Best Writer dibawa pulang.
“Lega, bisa membawa tropy penghargaan dan pengharaan The Best Writer,” ujar siswa yang duduk di kelas IX B, sumringah. “Dan lebih penting lagi adalah tradisi juara di event Deteksi masih bisa kita pertahankan,” tambahnya dengan berapi-api.
Setelah tahun lalu, Rezha dan Anindya berhasil mempersembahkan tropy penghargaan di event Mading on The Spot, mereka berdua berhasil mempertahankan juara di event Deteksi. “Ini adalah penghargaan untuk mereka berdua,” tutur Ichwan Arif, Pembina jurnalistik. “Hampir satu bulan, molak-balik Gresik – Surabaya, mulai pagi sampai malam, mereka berdua mencari berita dan foto. Prestasi ini untuk mereka berdua dan SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik yang telah memberikan semangat, motivasi, sehingga mereka bisa membawa prestasi yang membanggakan,” tambahnya, seraya memegang tropy penghargaan, semangat.
Kedua siswa sempat kehilangan kendali di pertengahan perjalanan lomba. Betapa tidak, Rezha sebagai penulis, belum mendapatkan berita yang bagus. Dia mencoba mengorek keterangan dari pemain berkaitan dengan rahasia / tips mereka sebelum bertanding. Sedangkan Anindya sebagai fotografer, karya fotonya masih kurang fokus. Sedangkan pertandingan sudah berjalan di babak semifinal.
Mau tak mau, mereka harus gerilya mulai pagi, 09.00 sampai malam, 20.00. Hanya untuk mengorek keterangan terkait tips pemain dan foto yang ok. “Namanya belajar menjadi wartawan, mengejar narasumber perlu tenaga yang ekstra,” kata Rezha, cowok yang mengenakan kaca mata, lirih. “Ya, sempat diusir panitia karena berada di pintu pemain. Padahal jurnalis seharusnya tidak boleh. Pura-pura nggak tahu aja. Kalau nggak begitu, nggak mungkin dapat berita yang bagus,” tambahnya, menjelaskan.
Walhasil, usaha berat mereka membuahkan prestasi. Dari usaha yang imposible menjadi hasil possible. Maklum, event yang diadakan oleh Deteksi itu lingkupnya adalah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, jumlah peserta hampir 50 sekolah. “Alhamdulillah, kita bisa menyisihkan mereka, dan menjadi yang terbaik,” tutur Anindya mengakhiri wawancara.
“Lega, bisa membawa tropy penghargaan dan pengharaan The Best Writer,” ujar siswa yang duduk di kelas IX B, sumringah. “Dan lebih penting lagi adalah tradisi juara di event Deteksi masih bisa kita pertahankan,” tambahnya dengan berapi-api.
Setelah tahun lalu, Rezha dan Anindya berhasil mempersembahkan tropy penghargaan di event Mading on The Spot, mereka berdua berhasil mempertahankan juara di event Deteksi. “Ini adalah penghargaan untuk mereka berdua,” tutur Ichwan Arif, Pembina jurnalistik. “Hampir satu bulan, molak-balik Gresik – Surabaya, mulai pagi sampai malam, mereka berdua mencari berita dan foto. Prestasi ini untuk mereka berdua dan SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik yang telah memberikan semangat, motivasi, sehingga mereka bisa membawa prestasi yang membanggakan,” tambahnya, seraya memegang tropy penghargaan, semangat.
Kedua siswa sempat kehilangan kendali di pertengahan perjalanan lomba. Betapa tidak, Rezha sebagai penulis, belum mendapatkan berita yang bagus. Dia mencoba mengorek keterangan dari pemain berkaitan dengan rahasia / tips mereka sebelum bertanding. Sedangkan Anindya sebagai fotografer, karya fotonya masih kurang fokus. Sedangkan pertandingan sudah berjalan di babak semifinal.
Mau tak mau, mereka harus gerilya mulai pagi, 09.00 sampai malam, 20.00. Hanya untuk mengorek keterangan terkait tips pemain dan foto yang ok. “Namanya belajar menjadi wartawan, mengejar narasumber perlu tenaga yang ekstra,” kata Rezha, cowok yang mengenakan kaca mata, lirih. “Ya, sempat diusir panitia karena berada di pintu pemain. Padahal jurnalis seharusnya tidak boleh. Pura-pura nggak tahu aja. Kalau nggak begitu, nggak mungkin dapat berita yang bagus,” tambahnya, menjelaskan.
Walhasil, usaha berat mereka membuahkan prestasi. Dari usaha yang imposible menjadi hasil possible. Maklum, event yang diadakan oleh Deteksi itu lingkupnya adalah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, jumlah peserta hampir 50 sekolah. “Alhamdulillah, kita bisa menyisihkan mereka, dan menjadi yang terbaik,” tutur Anindya mengakhiri wawancara.
0 orang baik yang mau koment: